Kamis, 25 Juni 2015

NEGARA GUINEA



NEGARA GUINEA


SEJARAH NEGARA GUINEA
      Guinea merupakan negara kecil yang terletak di Afrika Barat, yang semula negara Guinea ini dikenal dengan sebutan Guinea Perancis. Guinea beribukota di Conakry, Conakry adalah ibukota sekaligus kota terbesar Guinea. Penduduknya berjumlah 731.000 jiwa dipenghujung tahun 1988 dan 2.000.000 jiwa pada tahun 2007. Kota ini merupakan pusat ekonomi terbesar di Guinea. Terletak di pelabuhan Samudra Atlantik. Kota ini diambil dengan nama "Cona", merupakan industri anggur dan keju oleh Penduduk Baga, dan "nakiri", biasanya disebut selain di tepi sungai.
       Selain itu, nama Guinea juga digunakan untuk sekitar daerah yang daerahnya kebanyakan menempati pantai barat Afrika di selatan Gurun Sahara dan di utara Teluk Guinea. Nama ini berasal dari bahasa Berber yang kurang lebih membawa pengertian 'tanah orang hitam'. Guinea bermakna "wanita/isteri" dalam bahasa Susu, salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di negara ini. Kadang Guinea juga dipanggil dengan sebutan Guinea-Conakry untuk membedakannya dengan Guinea-Bissau (yang mempunyai ibu negara di Bissau).
        Daerah yang kini dipanggil Guinea merupakan sebuah negara bagian yang berbentuk Republik sehingga sering disebut dengan "Republik Ghana" pada sekitar tahun 900 Masehi. Hal ini disusul oleh kerajaan Sosso pada abad ke-12 dan ke-13. Republik Mali bangkit untuk berkuasa di daerah ini selepas Pertempuran Kirina pada tahun 1235, dan menjadi makmur sehingga dilemahkan oleh masalah-masalah dari dalam. Sehingga akhirnya, negara-negaranya merampas kekuasaan pada abad ke-15. Salah satunya, Songhai, yang kemudian menjadi Republik Songhai, dan mengatasi pendahulu-pendahulunya dari segi daerah dan kekayaan, tetapi ia juga menjadi korban pertengkaran dalam perang saudara, dan akhirnya digulingkan dalam Pertempuran Tondibi pada tahun 1591.
         Sehingga kemudian, daerah Guinea terpecah-belah menjadi sebuah negara Islam yang berdiri pada abad ke-18 dimana membawa sedikit kestabilan pada daerah ini. Satu lagi peristiwa yang penting ialah datangnya orang-orang Muslim Fulani di daerah tanah tinggi Fuuta Jalloo pada awal abad ke-18.
            Orang-orang Eropa yang pertama datang ke daerah ini pada zaman Penemuan-penemuan Portugis yang memulai perdagangan sejak abad ke-15. Guinea saat ini merupakan sebuah tanah jajahan oleh Negara Perancis pada tahun 1890, dengan Noël Balley sebagai gubernur pertama dan Pulau Tombo sebagai ibu negaranya. Pada tahun 1895, negara ini digabungkan ke dalam Afrika Barat Perancis.
            Pada 28 September 1958, di bawah arahan Charles de Gaulle, Perancis mengadakan sidang referendum tentang konstitusi baru dan penciptaan dari Republik Kelima. Saat itu, semua koloni hadir kecuali Aljazair yang secara hukum langsung bagian dari Perancis. Pada sidang referendum diajukan oleh Perancis dua pilihan yaitu antara kemerdekaan segera atau mempertahankan status mereka sebagai kolonial. Dengan demikian, Guinea yang pertama kali menjadi koloni Perancis Afrika untuk mendapatkan kemerdekaannya. Guinea pula yang menjadi satu-satunya derah jajahan yang tidak ingin menjadi wilayah administratif Perancis seberang lautan. Setelah merdeka Guinea menjadi Republik dengan kekuasaan terpusat. Presiden pertamanya, yang terpilih untuk masa jabatan tujuh tahun, adalah Sekou Toure. Kemudian Ia juga terpilih lagi sampai masa jabatan ke-4 tahun 1981.
          Setelah kemerdekaan, Guinea diperintah oleh seorang yang berkarakter pemerintahan diktator yaitu Ahmed Sékou Touré. Touré pada umumnya mengejar dasar-dasar ekonomi sosialisme dan menumpas pemberontakan serta kebebasan berpendapat, tanpa banyak mengambil tentang hak asasi manusia. Selepas kematiannya pada tahun 1984, Lansana Conté mengambil alih kuasa dan dengan segara, mengubah dasar-dasar ekonomi tetapi mengekalkan cengkaman kuasa yang ketat. Pemilu Raya pertama kali diadakan pada tahun 1993, akan tetapi keputusannya dari hasil pemilu merupakan keputusan yang sering menimbulkan permasalahan. Conté sering dikritik pada penerapan program kerja dibidang ekonomi negara.
           Usaha Sekou Toure (1968) saat masa pemerintahanya, yaitu ingin mencoba bersatu dengan Mali. Namun hubungannya dengan negara ini dengan negara lainya silih berganti hangat-dingin sampai akhirnya, Guinea dikucilkan dari pergerakan politik Afrika. Namun kadang hubungan dengan organisasi persatuan Afrika kemudian membaik. Akan tetapi pandangan ekstern Toure sering kali mengurangi pengaruh Guinea dalam organisasi itu. tetapi pada tahun 1984, Ia meninggal karena menderita sakit setelah memerintah selama 26 tahun. Setelah kepergianya Sekou Toure digantikan oleh Brigadir Jendral Lansana Conte yang memerintah sampai saat ini.

SEJARAH INFLASI
        Guinea pertama kali mengalami inflasi pada tahun 1987 , dengan tingkat inflasi sebesar 33,7%  yang tergolong kedalam inflasi berat. Adapun yang menjadi penyebabnya karna saat itu termasuk periode panjang  terjadinya ketidakstabilan politik yang menyebabkan aktivitas ekonomi tertekan, memburuknya kondisi sosial, dan meningkatkan ketidakseimbangan makro-ekonomi.



       Guinea juga Sebagai salah satu negara dengan GDP per kapita terendah, lebih dari dua-pertiga penduduk Guinea-Bissau hidup di bawah garis kemiskinan. Perekonomiannya terutama hanya bergantung pada pertanian, perikanan, kacang mete, dan kacang tanah sebagai ekspor utama. Guinea  menunjukkan kemajuan ekonomi setelah Pakta stabilitas ditandatangani oleh partai politik utama negara ini. Tantangan utama negara ini dimasa depan adalah mencapai titik disiplin fiskal, membangun kembali administrasi publik, peningkatan iklim ekonomi bagi investasi swasta, dan mempromosikan diversifikasi ekonomi. Setelah merdeka dari Portugal pada tahun 1974 karena Perang kolonial portugis dan Carnation revolution, exodus rakyat portugis, militer, dan otoritas politik telah membawa pada kerusakan yang luar biasa bagi infrastruktur ekonomi negara, tatanan sosial, dan kehidupan dinegara itu.
       Setelah beberapa tahun mengalami kemerosotan ekonomi dan ketidakstabilan politik pada tahun 1997 Guinea Bissau mengalami krisis moneter. Perang saudara yang terjadi pada tahun 1998 sampai 1999 dan kudeta militer pada tahun 2003 berdampak pada terganggunya aktivitas ekonomi dan kemiskinan yang semakin meluas. Setelah pemilihan parlemen tahun 2004 dan presiden pada tahun 2005 negara ini berusaha untuk pulih dari ketidakstabilan meskipun pada saat itu kondisi politik masih lemah. Pada tahun 2005, para pengedar narkoba yang berbasis di Amerika Latin mulai menggunakan Guinea Bissau dan beberapa negara afrika lain sebagai titik pengiriman kokain ke Eropa.
Mata uang negara ini adalah Guinea Franc/GNF.

KEBIJAKAN DALAM MENGATASI INFLASI
         Adapun beberapa kebijakan non moneter / non fiskal yang diambil oleh pemerintah Guinea dalam mengatasi inflasi yang ada sebagai berikut :
1.    Dengan cara mendorong para pengusaha untuk menaikkan hasil produksi .
Dalam hal ini hasil produksi yang dihasilkan oleh guinea berhubungan dengan kegiatan pertanian dan perikanan. Dan biasanya salah satu barang produksi yang dihasilkan adalah kacang mete dan kacang tanah.
2.    Pemerintah mengambil kebijakan untuk menstabilkan upah ( gaji) bagi penduduk guinea.
Dalam hal ini upah tidak sering dinaikan ,karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi. Sehingga pemerintah harus menekan tingkat upah.
3.    Pemerintah melakukan pengawasan harga
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Sehingga pentingnya dilakukannya pengawasan harga dan menentukan harga maksimal.
4.    Pemerintah juga melakukan distribusi barang secara langsung
Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar.

Sumber :  
http://id.tradingeconomics.com/guinea/inflation-cpi